" Jangan cm berandai-andai/membayangkan sesuatu yg bhkn terlihat mustahil olehmu, lakukanlah, mgkn apa yg akan km lakukan itu akan berakhir bahagia. tdk ada slhnya mencoba. dan jgn takut mencoba sesuatu yg baru"

Sabtu, 31 Maret 2012

alien, teka-teki yang sulit di sentuh

Manusia selalu dipenuhi rasa penasaran terhadap alam semesta.  Ada kalanya mereka merasa tidak sendirian. Ada makhluk lain di luar sana.

“The Truth is Out There”. Jargon ini membuka setiap episode film serial The X-Files. Kemudian muncul dua rekanan cerdas, Fox Mulder (diperankan David Duchovny) dan Dana Scully (Gillian Anderson). Mulder dan Scully merupakan dua investigator handal  Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) atau FBI.  Mereka ditugasi untuk memecahkan kasus rumit yang melibatkan aktivitas paranormal dan kehidupan Extra-Terrestrial, yang lebih dikenal dengan alien.

Chris Carter, penulis skenario The X-Files termasuk sineas yang pintar meramu cerita. Lebih dari itu, dia sanggup menghadirkan konsep di luar jalur drama murni. Pilihannya jatuh pada pengisahan alien dan konsep “keberadaan dalam kekinian”, dua hal yang sampai sekarang masih menjadi kontradiksi.


Belasan tahun sebelum The X-Files muncul, ada seorang sutradara yang sukses menampilkan sosok alien lewat dua film berturut-turut, Close Encounters of the Third Kind (1977) dan The E.T (1982). Dialah sutradara gemilang asal AS, Steven Spielberg. Kehadiran The E.T lumayan berkesan bagi anak-anak pada masa itu.

Dikisahkan, seorang anak lelaki bernama Elliott menjalin persahabatan dengan makhluk dari planet lain. Relasi non-interpersonal antara dua makhluk yang berbeda dunia itu akhirnya menghasilkan energi emosional. Keduanya bergantung satu sama lain, hingga terasa berat kala harus berpisah.

Kisah seperti inilah yang ditunggu anak-anak. Mereka tidak perlu pusing mencari tahu apa itu E.T, alien dan sebagainya. Anak-anak hanya butuh kisah sederhana. Spielberg sukses memberikan sesuatu yang dibutuhkan anak-anak. Kisah persahabatan dalam The E.T pun menuai keharuan pemirsa anak-anak.

The X-Files, The E.T dan Close Encounters of the Third Kind adalah bukti bagaimana kekayaan imaji terwujud lewat sebuah karya. Disebut imaji, karena rupa dan sifat alien masih menjadi misteri. Jangankan rupa dan sifat, eksistensi alien pun masih dipertentangkan. Perdebatan yang bergulir selama puluhan tahun tidak juga menghasilkan satu konsensus tentang eksistensi alien.

Ilmuwan masih saling debat. Kaum awam sibuk melempar persepsi. Beberapa kelompok giat memonitor semua sumber frekuensi yang dekat dengan bumi. Untuk apa? Tentu untuk melacak keberadaan alien atau bentuk kehidupan lain. Ada yang bermimpi bisa melakukan kontak dengan E.T demi mencari tahu misteri semesta. Sementara, beberapa lainnya berdoa supaya tidak sekalipun bertemu dengan alien.

Ketika Alien Mengunjungi Bumi

Bulir pertentangan tentang alien menjadi kian serius kala pemerintah beberapa negara menerbitkan laporan terkait penampakan objek tak dikenal. Inggris, Jerman, Prancis dan AS diketahui kerap merilis laporan tentang penampakan Unidentified Flying Object (UFO) serta alien. Satu hal yang cukup mengejutkan ketika Inggris mencatat laporan penampakan alien lebih banyak dari tiga negara yang lain.

Terhitung sejak 1993, ada sekitar 8000 penampakan alien yang datang dari berbagai kawasan di Inggris. Namun, pemerintah Inggris tidak segera merilis laporan. Kasus penampakan UFO justru disimpan rapat selama belasan tahun. Kenyataannya, bukan hanya Inggris yang memberlakukan kebijakan demikian.
Prancis, misalnya baru merilis laporan tentang penampakan UFO pada Maret 2007. Saat itulah sebanyak 1600 laporan penampakan UFO dalam lima dekade terakhir dipublikasikan secara resmi. Momen ini sekaligus menjadikan Prancis sebagai negara pertama yang dengan besar hati merilis dokumen tentang penampakan UFO.

“Ini adalah pertama kalinya di dunia. Kita harus bangga,” kata teknisi antariksa sekaligus peneliti fenomena benda angkasa tak teridentifikasi, Jacques Patenet. Menurut Patenet, UFO, yang disebut Objet Volant Non-Identifié (OVNI) dalam bahasa Prancis merupakan bagian dari teori konspirasi.
Konsep ini mungkin bisa dipahami pemerintah atau ilmuwan sekelas Patenet, namun cukup sulit dimengerti kaum awam. “Pemerintah punya agen rahasia yang ditugasi untuk menjauhkan kasus ini dari publik,” kata Patenet mengawali penjelasan. Lebih lanjut Patenet menerangkan, kerahasiaan kasus jelas sesuatu yang disengaja. Apa tujuaannya? “Supaya publik tidak panik,” sahutnya.

Penjelasan Patenet ini ada benarnya. Tidak semua orang siap dengan cerita tentang penampakan UFO dan alien. Setiap pribadi memiliki level kesigapan dan emosi yang berbeda. Penampakan alien bagai alarm. Bisa mengejutkan, tetapi memungkinkan pula diterima dengan tanggapan yang serba biasa.

Sementara, pemerintah juga harus memastikan keakuratan laporan saksi mata. Pemerintah Prancis bahkan berani memberi label “Tipe D” terhadap sebagian besar dokumen. Apa itu Tipe D? Bisa dipastikan merujuk pada tataran yang membedakannya dari tipe A, B.C dan seterusnya. Hal ini dibenarkan Patenet.

“Tipe D adalah kategori laporan dengan kualitas data yang baik, saksi mata kredibel dan berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan,” katanya lagi. Penjelasan tentang UFO dan alien memang belum bisa dilisankan. Patenet pun sulit mengungkap bentuk makhluk ini. Atas nama pengetahuan, Patenet dan rekan ilmuwan lain bertutur semampu mereka. Cukup berhati-hati memberikan penjelasan, karena mereka tidak menerima penampakan secara langsung.

Jauh sebelum laporan mulai dirilis, UFO dan “para penumpangnya” mengawali penampakan di antara desingan peluru dan roket yang diluncurkan dari jet terbaik AS. Tepatnya pada masa Perang Dunia (PD) II, saat UFO melintas cepat di atas zona perang Eropa serta daerah Operasi Teater Pasifik.
“Foo Fighter”, demikian pilot pesawat tempur AS menyebut si objek tak dikenal. Hari-hari berikutnya, sebutan ini justru menjadi sandi antar anggota Skuadron Tempur Malam 415. Kelompok inilah yang melihat UFO untuk pertama kali. Menurut cerita, skuadron tengah berpatroli malam ketika tiba-tiba muncul sebuah benda bercahaya di depan pesawat.

Terkejut, sudah pasti. Seorang anggota skuadron yang panik lekas menghubungi awak pesawat lain. Meyakinkan bahwa apa yang baru dilihatnya sungguh terjadi. Cukup lega karena anggota skuadron tersebut menerima pembenaran dari yang lain. Namun, lagi-lagi laporan ini ditutup. Pejabat intelijen AS mengunci mulut. Kisah penampakan alien di depan skuadron PD II akhirnya tersambung luas dari mulut ke mulut. Tidak pernah ada rilis resmi dari pemerintah AS maupun sekutunya.

Mereka Bicara tentang Alien

Bergerak lebih jauh ke belakang, ada seorang ilmuwan yang menyinggung sedikit tentang kehidupan di luar Bumi. Dialah ilmuwan psikoanalisis asal Austria, Sigmund Freud. Lewat bukunya, The Future of an Illusion (1927), Freud memberi cakupan singkat tentang kekuatan alien. “Seperti seorang manusia yang bertumbuh, masa kecil hanyalah kenangan. Seorang anak kecil dengan segala proteksi yang diperoleh, tidak akan sanggup melawan kekuatan superior alien,” tulis Freud dalam bukunya.

Pengikut paham Freud atau Freudianisme tentu paham dengan apa yang ingin disampaikan Freud. Lepas dari pemaknaan Freud atas kehidupan alien, ada satu yang perlu dicermati. Dia memang bicara tentang id, ego dan super ego. Freud juga banyak menulis tentang peradaban manusia serta berspekulasi tentang masa depan. Kajian ini identik dengan Freud. Namun sekali lagi, Freud, puluhan tahun sebelum penampakan alien di depan skuadron PD II sudah mencantumkan perihal alien, bahkan bicara tentang “kekuatan superior” si makhluk misterius.

Kendati memaparkan kehidupan di luar peradaban manusia, tetapi Freud tidak pernah memaksa pembaca untuk mengikuti apa yang diyakininya. “Tidak ada satu orang pun yang bisa dipaksa untuk percaya. Maka, tidak ada satu orang pun  yang bisa dipaksa untuk tidak percaya,” tulis Freud.

Kekuatan superior alien, seperti yang tengah diperdebatkan ilmuwan kekinian. Dari sekian banyak ilmuwan yang gencar memperdebatkan alien, Stephen Hawking selalu menyerang dari baris depan. Ilmuwan astrofisika ini sadar, alien semakin dekat dnegan kehidupan manusia. Banyak laporan yang menyatakan manusia bukan saja melihat alien, tetapi juga berkomunikasi dengan E.T.

Hawking khawatir, komunikasi ini akan membahayakan manusia. “Kita tidak tahu alien tampil sebagai apa,” ujar Hawking beralasan. Menurut Hawking, alien bisa tampil sebagai sosok yang bersahabat. Namun, memungkinkan pula alien hadir sebagai predator. Itulah sebabnya dia meminta penduduk bumi untuk menghindari kontak dengan alien.

Ditambah lagi, manusia tidak mengerti pola kehidupan alien. Ketidakpahaman ini diikuti ketidakpahaman yang lain, misalnya sifat dasar dan tingkat kecerdasan alien. “Kecerdasan alien bisa membawa pengaruh yang tidak kita inginkan,” kata Hawking melanjutkan penjelasan. Dia mengingatkan risiko dan implikasi negatif atas kehadiran alien di bumi.

“Menurut otak matematika saya, peradaban alien memang ada. Tapi sebaiknya kita tidak bersinggungan dengan mereka,” tegasnya. Ilmuwan ini meyakini konsep semesta yang paralel. “Dan saya mengerti, kehidupan alien sulit disentuh,” paparnya kemudian.  Namun sekali saja manusia mengadakan kontak, jarak antar dua kehidupan akan menyempit. “Sebuah kedekatan bisa membawa masalah,” tandas Hawking.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar