Manusia selalu dipenuhi rasa penasaran terhadap alam
semesta. Ada kalanya mereka merasa tidak sendirian. Ada makhluk lain di
luar sana.
“The Truth is Out There”. Jargon ini membuka setiap episode film serial The X-Files.
Kemudian muncul dua rekanan cerdas, Fox Mulder (diperankan David
Duchovny) dan Dana Scully (Gillian Anderson). Mulder dan Scully
merupakan dua investigator handal Biro Investigasi Federal Amerika
Serikat (AS) atau FBI. Mereka ditugasi untuk memecahkan kasus rumit
yang melibatkan aktivitas paranormal dan kehidupan Extra-Terrestrial, yang lebih dikenal dengan alien.
Chris Carter, penulis skenario The X-Files termasuk sineas
yang pintar meramu cerita. Lebih dari itu, dia sanggup menghadirkan
konsep di luar jalur drama murni. Pilihannya jatuh pada pengisahan alien
dan konsep “keberadaan dalam kekinian”, dua hal yang sampai sekarang
masih menjadi kontradiksi.
Belasan tahun sebelum The X-Files muncul, ada seorang sutradara yang sukses menampilkan sosok alien lewat dua film berturut-turut, Close Encounters of the Third Kind (1977) dan The E.T (1982). Dialah sutradara gemilang asal AS, Steven Spielberg. Kehadiran The E.T lumayan berkesan bagi anak-anak pada masa itu.
Dikisahkan, seorang anak lelaki bernama Elliott menjalin persahabatan
dengan makhluk dari planet lain. Relasi non-interpersonal antara dua
makhluk yang berbeda dunia itu akhirnya menghasilkan energi emosional.
Keduanya bergantung satu sama lain, hingga terasa berat kala harus
berpisah.
Kisah seperti inilah yang ditunggu anak-anak. Mereka tidak perlu pusing mencari tahu apa itu E.T,
alien dan sebagainya. Anak-anak hanya butuh kisah sederhana. Spielberg
sukses memberikan sesuatu yang dibutuhkan anak-anak. Kisah persahabatan
dalam The E.T pun menuai keharuan pemirsa anak-anak.
The X-Files, The E.T dan Close Encounters of the Third Kind
adalah bukti bagaimana kekayaan imaji terwujud lewat sebuah karya.
Disebut imaji, karena rupa dan sifat alien masih menjadi misteri.
Jangankan rupa dan sifat, eksistensi alien pun masih dipertentangkan.
Perdebatan yang bergulir selama puluhan tahun tidak juga menghasilkan
satu konsensus tentang eksistensi alien.
Ilmuwan masih saling debat. Kaum awam sibuk melempar persepsi.
Beberapa kelompok giat memonitor semua sumber frekuensi yang dekat
dengan bumi. Untuk apa? Tentu untuk melacak keberadaan alien atau bentuk
kehidupan lain. Ada yang bermimpi bisa melakukan kontak dengan E.T demi mencari tahu misteri semesta. Sementara, beberapa lainnya berdoa supaya tidak sekalipun bertemu dengan alien.
Ketika Alien Mengunjungi Bumi
Bulir pertentangan tentang alien menjadi kian serius kala pemerintah
beberapa negara menerbitkan laporan terkait penampakan objek tak
dikenal. Inggris, Jerman, Prancis dan AS diketahui kerap merilis laporan
tentang penampakan Unidentified Flying Object (UFO) serta
alien. Satu hal yang cukup mengejutkan ketika Inggris mencatat laporan
penampakan alien lebih banyak dari tiga negara yang lain.
Terhitung sejak 1993, ada sekitar 8000 penampakan alien yang datang
dari berbagai kawasan di Inggris. Namun, pemerintah Inggris tidak segera
merilis laporan. Kasus penampakan UFO justru disimpan rapat selama
belasan tahun. Kenyataannya, bukan hanya Inggris yang memberlakukan
kebijakan demikian.
Prancis, misalnya baru merilis laporan tentang penampakan UFO pada
Maret 2007. Saat itulah sebanyak 1600 laporan penampakan UFO dalam lima
dekade terakhir dipublikasikan secara resmi. Momen ini sekaligus
menjadikan Prancis sebagai negara pertama yang dengan besar hati merilis
dokumen tentang penampakan UFO.
“Ini adalah pertama kalinya di dunia. Kita harus bangga,” kata
teknisi antariksa sekaligus peneliti fenomena benda angkasa tak
teridentifikasi, Jacques Patenet. Menurut Patenet, UFO, yang disebut Objet Volant Non-Identifié (OVNI) dalam bahasa Prancis merupakan bagian dari teori konspirasi.
Konsep ini mungkin bisa dipahami pemerintah atau ilmuwan sekelas
Patenet, namun cukup sulit dimengerti kaum awam. “Pemerintah punya agen
rahasia yang ditugasi untuk menjauhkan kasus ini dari publik,” kata
Patenet mengawali penjelasan. Lebih lanjut Patenet menerangkan,
kerahasiaan kasus jelas sesuatu yang disengaja. Apa tujuaannya? “Supaya
publik tidak panik,” sahutnya.
Penjelasan Patenet ini ada benarnya. Tidak semua orang siap dengan
cerita tentang penampakan UFO dan alien. Setiap pribadi memiliki level
kesigapan dan emosi yang berbeda. Penampakan alien bagai alarm. Bisa
mengejutkan, tetapi memungkinkan pula diterima dengan tanggapan yang
serba biasa.
Sementara, pemerintah juga harus memastikan keakuratan laporan saksi
mata. Pemerintah Prancis bahkan berani memberi label “Tipe D” terhadap
sebagian besar dokumen. Apa itu Tipe D? Bisa dipastikan merujuk pada
tataran yang membedakannya dari tipe A, B.C dan seterusnya. Hal ini
dibenarkan Patenet.
“Tipe D adalah kategori laporan dengan kualitas data yang baik, saksi
mata kredibel dan berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan,”
katanya lagi. Penjelasan tentang UFO dan alien memang belum bisa
dilisankan. Patenet pun sulit mengungkap bentuk makhluk ini. Atas nama
pengetahuan, Patenet dan rekan ilmuwan lain bertutur semampu mereka.
Cukup berhati-hati memberikan penjelasan, karena mereka tidak menerima
penampakan secara langsung.
Jauh sebelum laporan mulai dirilis, UFO dan “para penumpangnya”
mengawali penampakan di antara desingan peluru dan roket yang
diluncurkan dari jet terbaik AS. Tepatnya pada masa Perang Dunia (PD)
II, saat UFO melintas cepat di atas zona perang Eropa serta daerah
Operasi Teater Pasifik.
“Foo Fighter”, demikian pilot pesawat tempur AS menyebut si
objek tak dikenal. Hari-hari berikutnya, sebutan ini justru menjadi
sandi antar anggota Skuadron Tempur Malam 415. Kelompok inilah yang
melihat UFO untuk pertama kali. Menurut cerita, skuadron tengah
berpatroli malam ketika tiba-tiba muncul sebuah benda bercahaya di depan
pesawat.
Terkejut, sudah pasti. Seorang anggota skuadron yang panik lekas
menghubungi awak pesawat lain. Meyakinkan bahwa apa yang baru dilihatnya
sungguh terjadi. Cukup lega karena anggota skuadron tersebut menerima
pembenaran dari yang lain. Namun, lagi-lagi laporan ini ditutup. Pejabat
intelijen AS mengunci mulut. Kisah penampakan alien di depan skuadron
PD II akhirnya tersambung luas dari mulut ke mulut. Tidak pernah ada
rilis resmi dari pemerintah AS maupun sekutunya.
Mereka Bicara tentang Alien
Bergerak lebih jauh ke belakang, ada seorang ilmuwan yang menyinggung
sedikit tentang kehidupan di luar Bumi. Dialah ilmuwan psikoanalisis
asal Austria, Sigmund Freud. Lewat bukunya, The Future of an Illusion
(1927), Freud memberi cakupan singkat tentang kekuatan alien. “Seperti
seorang manusia yang bertumbuh, masa kecil hanyalah kenangan. Seorang
anak kecil dengan segala proteksi yang diperoleh, tidak akan sanggup
melawan kekuatan superior alien,” tulis Freud dalam bukunya.
Pengikut paham Freud atau Freudianisme tentu paham dengan apa yang
ingin disampaikan Freud. Lepas dari pemaknaan Freud atas kehidupan
alien, ada satu yang perlu dicermati. Dia memang bicara tentang id, ego
dan super ego. Freud juga banyak menulis tentang peradaban manusia serta
berspekulasi tentang masa depan. Kajian ini identik dengan Freud. Namun
sekali lagi, Freud, puluhan tahun sebelum penampakan alien di depan
skuadron PD II sudah mencantumkan perihal alien, bahkan bicara tentang
“kekuatan superior” si makhluk misterius.
Kendati memaparkan kehidupan di luar peradaban manusia, tetapi Freud
tidak pernah memaksa pembaca untuk mengikuti apa yang diyakininya.
“Tidak ada satu orang pun yang bisa dipaksa untuk percaya. Maka, tidak
ada satu orang pun yang bisa dipaksa untuk tidak percaya,” tulis Freud.
Kekuatan superior alien, seperti yang tengah diperdebatkan ilmuwan
kekinian. Dari sekian banyak ilmuwan yang gencar memperdebatkan alien,
Stephen Hawking selalu menyerang dari baris depan. Ilmuwan astrofisika
ini sadar, alien semakin dekat dnegan kehidupan manusia. Banyak laporan
yang menyatakan manusia bukan saja melihat alien, tetapi juga
berkomunikasi dengan E.T.
Hawking khawatir, komunikasi ini akan membahayakan manusia. “Kita
tidak tahu alien tampil sebagai apa,” ujar Hawking beralasan. Menurut
Hawking, alien bisa tampil sebagai sosok yang bersahabat. Namun,
memungkinkan pula alien hadir sebagai predator. Itulah sebabnya dia
meminta penduduk bumi untuk menghindari kontak dengan alien.
Ditambah lagi, manusia tidak mengerti pola kehidupan alien.
Ketidakpahaman ini diikuti ketidakpahaman yang lain, misalnya sifat
dasar dan tingkat kecerdasan alien. “Kecerdasan alien bisa membawa
pengaruh yang tidak kita inginkan,” kata Hawking melanjutkan penjelasan.
Dia mengingatkan risiko dan implikasi negatif atas kehadiran alien di
bumi.
“Menurut otak matematika saya, peradaban alien memang ada. Tapi
sebaiknya kita tidak bersinggungan dengan mereka,” tegasnya. Ilmuwan ini
meyakini konsep semesta yang paralel. “Dan saya mengerti, kehidupan
alien sulit disentuh,” paparnya kemudian. Namun sekali saja manusia
mengadakan kontak, jarak antar dua kehidupan akan menyempit. “Sebuah
kedekatan bisa membawa masalah,” tandas Hawking.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar